Sungai Ayung, Jelajahi Keindahannya dengan Arung Jeram

Sesudah terhadap Kamis (9/10) Kompasianer pemenang lomba blog “Membincang Elpiji Nonsubsidi” mengunjungi kapal Pertamina Gas 2 di Teluk Kalbut, Situbondo, keesokan harinya mereka diganjar untuk nikmati rafting di Sungai Ayung, Ubud. Pukul 7.30 Wita, bersama dengan shuttle bus kita berangkat berasal dari hotel menuju daerah penyedia layanan rafting. Kita lalu berganti sandang dan menaruh tas di loker area penyedia layanan rafting tersebut. Kita disarankan sebatas membawa barang-barang berharga layaknya ponsel dan kamera. Sehabis itu, kaki melaju ke “Kantor” lain penyedia layanan tersebut yang ternyata sebagai area start rafting.
Sesudah memakai pelampung dan helm dan juga membawa dayung, kita menuruni tangga menuju sungai. Masya Allah, ternyata tangganya berkelok-kelok menurun layaknya tak tersedia habisnya. Lutut kita hingga gemetaran ketika mencapai tepi sungai. Dan di sana ternyata bukan sedikit kelompok yang tengah bersiap-siap untuk rafting. Tak terhitung di antara mereka adalah turis Asia dan Eropa.
Kita ber-16 dibagi jadi 4 kelompok. Sehabis diberi arahan oleh pemandu rafting, kita pun mendayung disesuaikan instruksi si pemandu rafting. Arus sungai bukan besar walaupun memadai memacu adrenalin. Menurut tour guide kita, memang Sungai Ayung bukan lebih menarik untuk rafting daripada Talaga Rona. Ya, memang semata-mata dua area itulah lokasi rafting di Bali.

Pemandu rafting murah magelang mengajari kita untuk menyiram kelompok lain. Jadilah kadang-kadang kita siram-siraman bersama dengan kelompok lain ketika bahtera kita berdekatan. Bukan hanyalah bersama kelompok satu rombongan, namun juga bersama kelompok turis Eropa. Kita pun tertawa-tawa meskipun sekujur tubuh menjadi basah karena itu. Saat itu, gadis-gadis China dan Korea yang juga tengah rafting jadi pemandangan menarik tersendiri, terutama bagi laki-laki 😛
Di antara pemandangan sungai yang diapit oleh batu-batu cadas, satu yang paling menarik perhatian adalah ukiran-ukiran yang terlalu latif di sisi Sungai Ayung, yang layaknya rangkaian suatu cerita. Dan memang sahih, sesudah ditanyakan kepada pemandu rafting, terjawablah bahwa ukiran itu adalah rangkaian cerita Ramayana di sepanjang 300 meter. Wow. Ukiran-Ukiran itu dilaksanakan oleh 50 artis. Dan yang mengerjakan project itu adalah Hotel Ayung yang bangunannya terletak di sisi atas depan sungai itu. Tertarik menelusuri lebih lanjut, saya tanyakan orang mana pemilik hotel itu. Ternyata ia orang India. Pantas!

Bicara perihal kiprah orang asing di Bali, pemilik layanan rafting yang kita gunakan pun ternyata dimiliki oleh orang Australia yang menikah bersama dengan perempuan Bali. Layanan ini adalah layanan rafting pertama di Bali, semenjak 1989. Kalau dibandingkan bersama lebih dari satu layanan lainnya yang juga “Beroperasi” di Sungai Ayung, layanan orang Australia ini memang terlihat paling profesional dan paling baik. Tangga berasal dari kantor layanan sampai ke tepi sungai dibangun bersama apik, lengkap bersama pegangan tangga layaknya yang tersedia di mall-mall. Bukan mengherankan bila ia mematok harga paling mahal dibandingkan penyedia layanan rafting lainnya. 79 dolar per orang, bukan peduli turis mancanegara atau turis domestik. Wuih… bersama satu bahtera kelompok saya yang terdiri atas lima orang saja, orang Australia itu udah mengantongi 395 dolar. Selagi itu, orang orisinil Bali kebagian menjadi pemandu rafting (Yang panik ketika tersedia turis yang jatuh berasal dari bahtera), pemanggul bahtera karet yang udah dikempiskan (Naik-Turun tangga yang sungguh terlalu terlalu panjang), dan pelayan-pelayan yang menyiapkan handuk bagi yang mendambakan membilas tubuh sehabis rafting. Ah, semoga bangsa kami lekas lebih studi dan bekerja keras.
Sesudah menempuh 9 km perjalanan rafting, kita pun tiba di titik finis jalur rafting kita. Kita turun berasal dari bahtera karet. Bahtera karet itu dikempiskan lantas dipanggul perempuan-perempuan paruh baya yang perkasa luar biasa. Selagi kita ngos-ngosan menaiki tangga yang panjangnya pun masya Allah hingga-hingga berlimpah di antara kita yang diam sejenak saking lelahnya, para perempuan itu bersama dengan lincahnya naik-turun tangga memanggul buntelan bahtera karet. Celetuk seorang lelaki pemandu dayung