Peneliti berhasil mengungkapkan praktik peternakan domba di Timur Dekat kuno. Selain itu, peneliti terhitung perlihatkan bagaimana mumifikasi alami yang berjalan terhadap domba.
Hal ini terungkap sesudah tim peneliti kombinasi yang terdiri dari pakar genetika dan arkeolog berhasil mengurutkan DNA murni dari domba berusia 1600 tahun yang ditemukan di tambang garam Iran kuno, Chehrabad.
DNA berikut disita dari potongan kecil kulit dari kaki mumi domba yang ditemukan di tambang tersebut. Studi terkait telah dipublikasikan di jurnal Biology Letters.
Tambang garam Chehrabad dikenal menyimpan bahan biologis yang mampu mengawetkan jaringan lunak yang harusnya mendegrasi jaringan hewan dan DNA. Jadi tak heran waktu ditemukan potongan kecil kaki domba itu masih terawetkan dengan baik.
Pengaruh tambang garam terhitung nampak terhadap mikroorganisme di kulit kaki domba. Archaea dan bakteri yang menyukai garam mendominasi profil mikroba, apalagi bisa saja terhitung berkontribusi terhadap pelestarian jaringan.
“Tambang dengan kadar garam tinggi serta kelembapan rendah tak hanya mengawetkan kulit dan bulu tetapi merawat DNA dari rusaknya mikroba saprofit yang memakan bahan organik mati dan membusuk,” ungkap Conor Rossi, salah satu penulis belajar layaknya dikutip dari Live Science“Jadi jaringan lunak terlampau mengering di lingkungan tambang yang ekstrem. Dan ini merupakan masalah yang terlampau langka dari apa yang dikenal sebagai mumifikasi alami,” malah Rossi.
Lebih lanjut peneliti terhitung menemukan, DNA domba dorper yang dianalisis secara genetik serupa dengan ras domba moderen di wilayah Iran yang hidup waktu ini.
Hal ini berarti, jika domba moderen punya hubungan setidaknya sejak 1.600 tahun yang lalu dengan domba yang ditemukan di tambang garam kuno tersebut.
Tak hanya itu, melalui DNA domba, peneliti terhitung mempelajari apakah domba terhitung di dalam type domba berbulu atau berekor gemuk. Kedua type berikut adalah ciri mutlak terhadap domba sebab digunakan dan dihargai secara ekonomi di dalam masyarakat Asia dan Afrika.
Dari asumsi tim menemukan bahwa jika DNA domba condong lebih mengacu terhadap varian genetik ras berekor gemuk. Hanya saja, sisa mumi hanya sedikit agar sedikit bukti empiris yang mampu mengungkapkan hal lainnya.
Dari pendekatan genetik dan mikroskopis, tim peneliti terhitung berhasil membuat uraian bagaimana domba-domba digunakan di jaman lalu.
“Studi ini perlihatkan kepada kami bahwa orang-orang Iran jaman Sasanian bisa saja telah mengelola kawanan domba yang dikhususkan untuk mengonsumsi daging, perlihatkan praktik peternakan yang berkembang dengan baik,” beber Dr Kevin G Daly, dari Trinity’s School of Genetics and Microbiology.