Pengertian Hingga Langkah Membuat Puisi

pengertian puisi

Puisi sebagai macam sastra yang terlilit oleh unsur-unsurnya, seperti irama, mantra, rima, baris, dan bait. Puisi dapat disebutkan sebagai pernyataan emosi, imajinasi, gagasan, pertimbangan, irama, suara, rangkaian kaca, kalimat majas, kesan-kesan pancaindra, dan hati. Puisi ialah pernyataan yang mempertimbangkan aspek bunyi didalamnya, dan berbentuk pengalaman imajinatif, emosional, dan cendekiawan penyair dari kehidupan pribadi dan sosialnya. Puisi diutarakan dengan tehnik tertentu hingga bisa menghidupkan pengalaman tertentu pada diri pembaca atau pendengarnya.

Auden (1978: 3) menyampaikan jika puisi itu lebih sebagai pengakuan hati yang bercampur-baur. Puisi sebagai satu kreasi yang tercipta atas rangkaian kaca penuh arti. Menurut Herman J. Waluyo (1987) puisi sebagai wujud kreasi sastra yang mengutarakan perasaan dan pikiran penyair secara imajinatif yang diatur dengan mengonsentrasikan susunan fisik dan susunan batinnya. yuk ketahui tipe dan ciri puisi bersama jadijuara.com, demi masa depan anak bangsa yang juara!

Tipe dan Beberapa ciri Puisi

Puisi terdiri dari puisi lama dan puisi kekinian. Puisi lama biasanya anonim atau tidak dikenali penyairnya. Puisi lama mempunyai ciri-ciri terlilit pada beberapa kiteria, seperti jumlah baris setiap bait, jumlah kata setiap baris, rima atau kesamaan bunyi, dan irama. Puisi lama dibagi jadi beberapa macam, diantaranya pantun, syair, talibun, mantera, dan gurindam.

Mantera

sebagai tipe puisi paling lama yang dibuat dalam keyakinan animisme untuk dibacakan pada acara atau ritus kebudayaan. Mantera mempunyai ciri-ciri yakni memakai penyeleksian kata dengan bunyi yang diupayakan berulang-ulang, memakai kalimat yang tidak umum di kehidupan setiap hari, dan memunculkan dampak bunyi yang memiliki sifat magic.

Pantun

mempunyai ciri-ciri bersajak a b a b, dengan setiap baris terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris isi.

Talibun

terdiri dari sampiran dan isi yang lebih dari empat, dan selalu genap, seperti enam, delapan, sepuluh, dan dua belas.

Syair

sebagai puisi yang berlarik empat bait dan bersajak a a a a yang menceritakan satu hal.

Gurindam

terdiri dari dua baris, memiliki irama sama a a. Baris pertama sebagai karena dan baris ke-2 sebagai karena.

Puisi kekinian ialah wujud puisi yang tak lagi terlilit oleh ketentuan jumlah baris, rima atau ikatan yang lain biasanya dipakai dalam puisi lama. Puisi kekinian atau puisi bebas ada pada angkatan 45, yang dipelopri oleh Chairil Anwar. Puisi kekinian tidak memprioritaskan wujud atau banyak baris pada sebuah bait dan irama atau persajakan, tapi lebih memprioritaskan pada isi puisi tersebut. Puisi kekinian mempunyai ciri-ciri sebagai ini.

Memiliki elemen humanisme universal atau telah terbuka untuk terima dampak dari seluruh penjuru dunia.
Realis dan terdampak elemen naturalis
Sampaikan tujuan dengan penghematan kata dan mendatangkan perbandingan-perbandingan membayang dan terkesan.

Memakai perbedaan visual dengan jelas sampai pada beberapa bagian dibalik realita.
Memberikan sinisme dan sarkasme pada kepincangan dalam warga karena gejolak.
Memakai kata dalam pembicaraan setiap hari.
Tidak memprioritaskan tipografi bahkan juga tak lagi memerhatikan bunyi (rima) dalam baris dan baitnya.
Elemen khusus yang perlu selalu jadi perhatian dalam pembacaan puisi kekinian ialah lafal, intonasi, dan gestur.

Berdasar langkah penyair mengutarakan isi atau ide yang akan dikatakan, puisi dibagi jadi puisi naratif, puisi lirik, dan puisi preskriptif.

Puisi naratif ialah puisi yang dipakai untuk sampaikan satu narasi. Puisi ini dibagi jadi epik, romansa, dan balada.

Epic atau epos ialah puisi naratif yang bercerita kepahlawanan figur. Misalnya puisi “Ramayana” yang memvisualisasikan kepahlawanan Rama Wijaya dalam menantang Rahwana.

Romansa memakai bahasa romantik yang berisi cerita pertalian cinta figur kesatria yang penuh halangan. Misalnya puisi yang menceritakan cerita cinta di antara Damarwulan dengan Anjasmara dalam puisi “Cintadana”.

Balada ialah macam puisi yang bercerita kehidupan manusia dengan bermacam jenis karakternya, seperti penyayang, cemburu, dengki, takut, bersedih, atau ria. Misalnya puisi kreasi WS Rendra yang dengan judul ” Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”.

Puisi lirik ialah puisi yang dipakai untuk mengutarakan ide individu penyair. Puisi ini dibagi jadi elegi, serenada, dan ode.

Elegi sebagai puisi yang mengutarakan rasa duka penyair atau saya lirik. Misalnya puisi kreasi Goenawan Mohamad (1974:9)

Serenade sebagai puisi lirik yang bersuasana suka.

Ode sebagai puisi lirik yang berisi sanjungan pada seorang, biasanya pahlawan. Misalnya puisi “Teratai” yang dicatat untuk Ki Bantai Dewantara oleh Sanusi Pane.

Puisi preskriptif ialah puisi yang menyampaikan respon atau kesan-kesan penyair pada sesuatu hal atau kondisi. Respon atau kesan-kesan itu bisa berbentuk kritikan atau kritikan, hingga disebutkan sebagai puisi ironi dan satire (kritik)

Berdasar pemakaian kata (pilihan kata) dan jenis bahasanya, ada yang disebutkan puisi mbeling dan puisi multilingualisme. Mbeling dalam kosa kata bahasa Jawa berarti nakal, sulit ditata, dan senang melawan. Dasar lahirnya puisi ini merurut salah satunya figurnya, yakni Remy Silado, ialah pengakuan akan apa yang ada. Selanjutnya, puisi multilingualisme memakai bermacam jenis bahasa sebagai fasilitas gesturnya.

Berdasar bentuk visualnya, ada yang disebutkan puisi tipografi dan puisi nyata. Puisi tipografi terlihat pada puisi “Tragedi Winka dan Shihka” kreasi Sutardji Calzoum Bachri yang berupa zigzag. Selanjutnya, puisi nyata tidak memakai kalimat cuman berbentuk gambar, seperti gambar kotak sembilan kreasi Danarto.

Susunan Puisi

Susunan kreasi sastra puisi meliputi susunan fisik dan susunan batin.

Susunan Fisik

Susunan fisik puisi ialah media untuk mengutarakan arti yang akan dikatakan penyair. Susunan fisik mencakup beberapa hal ini.

Pilihan kata, ialah diksi yang dipakai supaya mempunyai kesan-kesan cantik dan bisa sampaikan tujuan penyair.

Pencitraan

ialah rangkaian kaca yang bisa memunculkan angan-angan atau imajinasi. Ini membuat pembaca seakan-akan berasa, dengar, atau menyaksikan suatu hal yang diutarakan penyair.

Majas

ialah bahasa yang dipakai penyair untuk menjelaskan suatu hal dengan memperbandingkan dengan benda atau hal-hal lain. Majas atau bahasa figuratif mengakibatkan puisi jadi prismatik atau mempunyai banyak arti.

Rima

ialah kesamaan atau perulangan bunyi. Kesamaan bunyi memberi kesan-kesan merdu, cantik, dan menggerakkan situasi yang diinginkan oleh penyair. Rima itu bisa berbentuk perulangan bunyi konsonan dari kalimat yang berurut (aliterasi), kesamaan bunyi vocal dalam jejeran kata (asonansi), dan kesamaan bunyi yang ada di tiap akhir baris.

Ritma

terkait dengan rima, bunyi, kata, frasa, dan kalimat pada puisi. Dalam ritma mucul bunyi tinggi rendah, panjang pendek, keras kurang kuat, yang mengucur dengan teratur dan berulang-ulang hingga membuat keelokan.
Tipografi puisi berupa bait-bait yang berawal dari pinggir kiri dan usai ke pinggir kanan baris.

Susunan Batin

Ada empat elemen batin puisi, yakni topik, hati, suara atau sikap, dan instruksi.

Topik

Sebuah puisi tentu saja mempunyai topik yang melingkupi keseluruhnya puisi. Menurut Herman J. Waluyo (1987: 106) topik sebagai dasar atau subject-matter yang disampaikan oleh penyair. Pernyataan itu menerangkan jika topik sebuah atmosfer dari sebuah puisi. Oleh karenanya, untuk menerjemahkan topik dalam sebuah puisi sebaiknya didefinisikan secara utuh.

Hati

Hati penyair dalam membuat puisi turut dilukiskan dan dihayati pembaca. Ini karena topik yang serupa bisa dikatakan penyair secara berlainan dan hasil puisi yang dibuat juga berlainan.

Suara dan situasi

Suara dalam puisi disamakan berisi yang akan dikatakan, baik itu berbentuk saran, kritikan, kritikan, pernyataan hati, atau cuman berbentuk narasi. Kerap kali puisi bersuara rileks seperti pada puisi-puisi mbeling. Selanjutnya, situasi ialah kondisi jiwa pembaca sesudah membaca puisi itu atau psikis yang diakibatkan pada pembaca. Suara dan situasi sama-sama terkait karena suara puisi memunculkan situasi pada pembacanya. Misalkan, suara duka bisa memunculkan situasi kasihan untuk pembaca.

Instruksi (pesan)

Kita bisa meneliti instruksi pada suatu puisi bila sudah pahami topik, rasa, dan suara pada puisi itu. Instruksi atau pesan sebagai kesan-kesan yang diamankan pembaca atau pendengar puisi. Instruksi tersurat dibalik kalimat yang diatur dan ada dalam balik topik yang dipakai.

Langkah Membuat puisi

Menulis sebagai satu bentuk menulis inovatif. Beberapa langkah yang perlu dilaksanakan saat menulis puisi sebagai ini.

Tentukan tipe puisi yang akan dibikin.
Tentukan topik dan pesan yang akan dikatakan.
Meningkatkan topik jadi kalimat berdasar hasil imajinasi.
Tuangkan gagasan dalam rincian kalimat yang seperti aturan puisi.