Jika melihat kecenderungan pola kerja di perusahaan di Indonesia, implementasi suatu metode baru harus dibarengi dengan adanya panutan (role model) yang akan memberikan gambaran mengenai detil-detil implementasi.
Dalam skala kecil, bisa dibayangkan apa jadinya jika dalam perusahaan tidak ada yang bisa dijadikan panutan dalam mengimplementasikan 5S? Sudah pasti 5S tidak akan berjalan sesuai harapan. Banyak karyawan yang akan bilang “ ah…bosnya aja seperti itu kok”.
Artinya, manajemen atas, para direksi, manajer, dan supervisor harus bisa memberikan contoh dan bertindak sebagai lokomotif untuk menarik karyawan dalam melakukan implementasi 5S. Dengan demikian, akan muncul rasa sungkan dalam pikiran karyawan jika tidak melakukan hal yang sama dengan atasannya.
Beberapa perusahaan membuat jadwal gemba (peninjauan lapangan secara langsung) oleh manajemen atas setiap minggunya. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat progres pelaksanaan 5S di area masing-masing.
Umumnya, manajemen atas terlalu sibuk dengan kegiatannya sehingga melupakan pentingnya peninjauan area pelaksanaan 5S yang telah ditentukan. Sekali dua kali mungkin tidak masalah, tapi jika manajemen sering melupakan gemba, akibatnya bisa fatal.
Manajemen atas yang seharusnya meninjau pelaksanaan training 5S kemudian memberikan masukan serta dorongan kepada para karyawan, tidak melakukan kewajibannya.
Sehingga akibatnya karyawan akan kehilangan semangat dalam pelaksanaan 5S karena merasa kurang diperhatikan oleh manajemen. Setelahnya, mereka akan bermalas-malasan dan sedikit lambat dalam pelaksanaan 5S.